I know this is stupid...
Entah kenapa walau bulan ini penuh dengan kebahagiaan tapi aku merasakan suatu perasaan iri yang pelan-pelan memakan kemurnian hatiku dan mengisinya dengan perasaan negatif.
Aku merasa iri dengan Imouto-chan.
Tou-san lebih fokus kepada Imouto-chan yang lebih menjanjikan dan tidak bermasalah daripada diriku yang 'selalu' bermasalah. Saat aku ulang tahun Tou-san lebih banyak berbicara dengan Imouto-chan yang akan dibaptis saat itu. Sebenarnya tidak ada yang ingat dengan ulang tahunku dan aku pun bermaksud untuk melupakannya agar aku tak merasa sakit hati kalau orang lain melupakan hari ulang tahunku (bahkan orang tuaku sendiri). Mungkin yang paling ingat ya Esa...
Grannies mungkin memang pada ingat... Tapi uncles aunties from Tou-san nggak ada yang ingat sama sekali. Bahkan para sepupuku(kecuali Esa) melupakannya.
Hari ini Imouto-chan dibaptis, yah membahagiakan.
Tapi aku melihat perbedaan antara saat aku dibaptis dengan saat Imouto-chan dibaptis. Saat aku dibaptis, dalam keadaan yang terburu-buru dan tiba-tiba, hanya dihadiri oleh Tou-san, granny, dan wali baptis... Yang memberi selamat, memberkatiku selain yang hadir hanya Eyang Daru... Sedangkan Imouto-chan mempunyai banyak waktu persiapan, bahkan ia boleh berbelanja untuk keperluan baptisnya(kalau aku mana sempat, itupun hanya beli celana hitam sehari sebelumnya), bahkan saat Imouto-chan dibaptis ada banyak saudara yang hadir dan setelah misa Tou-san langsung mengajak saudara-saudaranya untuk makan bersama untuk merayakan dibaptisnya Imouto-chan dan juga hari Paskah. Banyak yang memberinya selamat dan memberkatinya di tempat(dari keluarga). Pembaptisanku tidak dirayakan ramai-ramai seperti Imouto-chan, hanya makan malam biasa seperti biasa dan hadiah kecil. Aku tidak tahu apa yang akan didapatkan oleh Imouto-chan nanti.
Dibandingkan dengan kedua saudaraku aku lebih sedikit berinteraksi dengan Tou-san dan paling sedikit diberi perhatian. Tou-san tidak pernah berusaha mengajakku bicara. Ia tidak pernah menanyakan bagaimana sekolahku sebelum akhirnya aku menjadi 'gila' dan takut dengan sekolah. Akhirnya Tou-san tidak mengetahui apapun tentangku, beliau tidak tahu diriku yang sebenarnya. Padahal Tou-san adalah satu-satunya orang tua yang kumiliki, Kaa-san sudah tidak ada. Aku bukan tipe orang yang akan menceritakan masalah sendiri tanpa diminta, aku akan menunggu seseorang untuk menanyakannya terlebih dahulu, karena aku tahu orang yang bisa menanyakannya adalah orang yang peduli padaku karena aku bukan tipe orang yang akan menunjukkan kesusahannya di wajah.
Kadang-kadang aku berpikir, apakah Tou-san sudah lelah menghadapiku? Aku bermasalah juga karena tidak ada perhatian dari orang tua. Aku bukan anak pintar, kemampuan otakku terbatas, aku hanya bisa mencorat-coret buku tulis dan buku gambar menjadi sebuah cerita yang selalu saja menjadi cerita sedih yang membingungkan, suaraku memang besar saat berbicara seperti sedang memakai toak(they always fuss about my loud voice)kalau aku memelankan suaraku mereka akan komplain kalau suaraku terlalu kecil dan tidak kedengaran. Wajahku biasa-biasa saja, polos tanpa make up dan tidak putih mulus. Aku jauh di bawah sempurna.
Sifatku masih seperti anak kecil karena mungkin aku merindukan masa kecilku yang masih lumayan 'Happy Go'. Aku merindukan keluargaku yang dulu tidak seperti sekarang yang sudah hancur semuanya.Sifat dan pikiranku seperti anak kecil, aku sadar akan hal itu. Bagaimanapun juga aku tidak ingin menjadi dewasa sebelum mendapatkan masa kecil yang membahagiakan dan sempurna karena hal itu mempengaruhi di masa depan.
Orang bilang aku mudah dibaca tapi sebenarnya mereka hanya membaca topeng yang kupakai. Hati dan pikiranku dilapisi dinding es abadi yang tak akan mencair walau api neraka berusaha untuk mencairkannya.
Semakin lama aku semakin tidak percaya dengan cinta dan kasih sayang. Karena kedua hal itu akan semakin menghilang saat aku tumbuh dewasa. Tapi percaya dengan kasih yang diberikan oleh Tuhan, aku hanya tidak percaya dengan kasih yang berada di antara manusia. Aku tahu kasih yang diberikan Tuhan sangat besar kepadaku, karena kasih-Nya aku masih mampu bertahan menahan rasa sakit di hatiku dari luka hati yang semakin lama semakin dalam...
Siapa 'aku' yang sebenarnya? Apa alasan Tou-san lebih memilih menghindariku dan hanya memberikan perhatian lebih kepada kedua saudaraku? Apakah aku kurang baik? Apakah aku kurang membuatmu bangga? Apakah aku kurang sempurna? Apakah aku tidak seperti yang kau harapkan? Apakah sebenarnya aku memang tidak akan pernah punya tempat di hati Tou-san? Rasanya hatiku semakin sakit memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini. Padahal aku hanya ingin dicintai, diperhatikan, dan seseorang mencairkan dinding es yang mengelilingi hatiku yang juga mulai membeku....
Aku hanya ingin hal itu....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar